Antara Reformasi Indonesia dan Korea Selatan

Budaya KPOP atau 'halyu wave' bagai virus yang tak terobati dan tidak bisa. Bukan ini hal negatif, mengingat tidak sedikit dari remaja Indonesia yang banyak menjadi penggemar. Namun karena budaya kita berbeda dengan Korea Selatan tentunya banyak hal baru yg dapat kita pelajari maupun bumerang untuk budaya kita sendiri.

Pembahasan sekarang adalah bagaimana kita dapat belajar dan berkaca dari perjuangan rakyat Indonesia dan Korea dalam meraih demokrasi. Bagaimana rakyat Indonesia dan Korea Selatan menuntut atas haknya dalam memutus tirani.

Kalau menilik dari industri showbiz Korea Selatan, Indonesia masih kalah jauh.  Walau film berkualitas Indonesia sekarang mulai tumbuh, namun tetap saja tertinggal. 

Ayo bercermin soal ekonomi? Tentu jawabannya sudah sangat jelas. Indonesia sangat jauh tertinggal.

Pertanyaannya, mengapa? Padahal Indonesia lebih dulu merdeka dari Korea Selatan. Indonesia dan Korea sama-sama dijajah oleh bangsa jepang dahulu.

Tapi Korea Selatan Reformasi lebih dahulu dibanding Indonesia. Jika berkaca dari films 'When The Day Comes : 1987' adalah awal dari pemerintahan Korea Selatan dengan demokrasi yg murni. 


Film ini didasarkan dari kisah nyata. Jika menilik dari kejadian pada film ini, keadaan Indonesia dan Korea Selatan sama. Seorang anti pemerintahan akan dituduh simpatisan komunis. Seorang anti pemerintahan yg menuntut keadilan akan ditangkap tanpa alasan yang jelas. Seorang anti pemerintahan mungkin pada akhirnya membuat keluarganya gelisah karena tidak pernah kembali sampai hari ini.

Karena sejatinya pada saat itu seorang anti pemerintahan yang diktator adalah seorang Pahlawan Reformasi.

Reformasi Korea Selatan 1987 diawali karena meninggal nya seorang mahasiswa linguistik bernama Park Yong Chul saat diinterogasi oleh badan anti komunis. Kematian satu orang mahasiswa ini menjadi sumbu kemarahan rakyat Korea Selatan sehingga menuntut demokrasi dan keadilan. Hingga pada akhirnya empat puluh juta rakyat Korea Selatan turun kejalan menuntut haknya. Dan munggulingkan diktator yang kejam pada saat itu.

Perjuangan rakyat Korea Selatan digagasi dari tahun 1980 di Gwangju dengan bantuan seorang wartawan asing dari German. Hingga akhirnya setelah 7 tahun perjuangan mereka berbuah manis.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Perjuangan menuntut Reformasi bangsa Indonesia diawali pada tahun 1971. Dimana para mahasiswa saat itu bersatu menyerukan golput dalam pemilihan presiden, karena kala itu diyakini kedudukan akan selalu dimenangkan oleh orang dan partai yang Sama Golkar.

Namun kenapa proses ini memerlukan waktu yang lama? Indonesia memerlukan waktu 27 tahun untuk Reformasi sedangkan Korea Selatan hanya 7 tahun saja. 

Andai saja kita bisa Reformasi lebih cepat.

Karena keadaan Indonesia lebih buruk dari Korea Selatan. Krisis moneter, angka kemiskinan hampir 90%, pengangguran, Lahan petani diambil secara paksa (tapos), penculikan tokoh pro demokrasi.

Dan ini sudah menjadi takdir bangsa kita. 

Namun Ayo kita bercermin keadaan bangsa kita saat ini. Apakah demokrasi dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat masih murni hingga hari ini? Apakah hukum Adil untuk semua rakyat atau hanya mereka yang berkuasa dengan uangnya? Bagaimana dengan kasus pencurian yang terbilang tidak seberapa yang dilakukan rakyat kecil, dibandingkan kasus korupsi yang melibatkan pejabat pemerintah dan merugikan negara?

Merugikan negara, merugikan rakyat juga.

Apakah yg terjadi dengan Pahlawan maupun penjahat Reformasi sekarang di Indonesia? Coba cari informasi tentang  nasib penjahat Reformasi di Korea Selatan saat ini.

Apakah bangsa ini akan Adil? Apakah dunia ini akan Adil? Kenapa keadilan susah diraih?




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review-Times] Drama Korea Signal 2016